Wednesday, 20 February 2013

Resensi: The Ring of Solomon - Jonathan Stroud

Bartimaeus, sang jin luar biasa, terjebak sebagai budak di Jerusalem, di bawah kekuasaan Raja Solomon. Semua ini gara-gara cincin legendaris Solomon, yang membuat pemiliknya memiliki kekuatan tak terbatas.

Namun, dengan datangnya Asmira, gadis pembunuh yang ternyata punya banyak rencana, keadaan mulai… menarik.

Maka Bartimaeus pun berada di posisi paling berbahaya selama kariernya yang panjang dan harus mengerahkan semua kekuatan sihirnya agar bisa lolos dari situasi ini. (Goodreads)
~~~

"Seharusnya sudah baca dari dulu!" ataupun "Nyesel baru baca sekarang!" adalah kalimat- kalimat yang kerap terucap ketika tahu bahwa buku yang kubaca ceritanya seru dan karakternya keren.  Keinginan untuk baca ulang bahkan ketika bukunya belum selesai adalah hal yang muncul berikutnya. Ketika akhirnya sampai di halaman terakhir, yang ada malah membolak-balik halaman di beberapa bab dan membaca paragraf-paragraf tertentu berulang-ulang. Karena rasanya sedih banget untuk meletakkan bukunya begitu saja apalagi untuk pindah ke buku lain. Butuh beberapa hari untuk akhirnya bisa lepas, itupun setelah ada perjanjian, bahwa suatu hari buku ini akan kembali untuk nantinya akan dibaca ulang. Reaksi semacam itu bukan untuk pertama kalinya terjadi walau hanya untuk buku-buku tertentu. Yang jelas The Ring Solomon adalah salah satunya. 

Seperti tertera di sampul depan, buku ini berkisah seputar cincin milik Raja Solomon. Dengan kekuatan yang tersimpan di dalamnya, tidak hanya para pemimpin suatu negeri tunduk, tapi para penyihir hebat dan semua spirit di berbagai tingkat juga tidak bisa berbuat banyak kecuali mengerjakan apa yang diperintahkan Solomon. Tidak heran ketika cincin tersebut menjadi incaran beberapa pihak. Jatuh ke tangan yang salah, tentu akan berakibat fatal dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan kerusakan di mana-mana. Siapa yang sangka,  Bartimaeus yang tahu benar resiko yang dihadapinya,  terlibat dalam usaha pencurian benda bertuah tersebut. 

Setelah lebih dari empat tahun sejak terakhir bertemu Bartimaeus di Ptolemy's Gate, tidak banyak detail cerita yang tersisa tentang jin yang tak pernah ingin terikat ini. Jadi kupikir akan butuh waktu untuk akhirnya bisa nyambung lagi. Mengejutkan, hanya di beberapa lembar pertama, ingatan tentang bagaimana sosok Barty yang lucu, jahil dan iseng, bisa kembali dalam sekejap. Lihat saja di beberapa halaman pertama, bagaimana Barty mengubah wujudnya menjadi perempuan hanya untuk menggoda masternya. Bahkan nggak butuh waktu selama yang kupikir untuk tahu hal-hal detail tentang dunia jin dan para penyihir, bagaimana tingkatan spirits ataupun proses pemanggilan yang melibatkan mantera yang rumit dan harus diucapkan dengan hati-hati dan tentu saja tidak ketinggalan bagaimana pentingnya gambar pentakel di lantai. Membaca The Ring of Solomon rasanya seperti bertemu sahabat lama. 

Kalau di tiga buku sebelumnya, ada Nathaniel yang ambisius, di buku kali ini ada Raja Solomon (yang lebih nyaman kusebut dengan Sulaiman). Dari versi yang ditulis Jonathan Stroud, tidak sulit untuk membayangkan bagaimana sosok Solomon. Tidak menjadi asing lagi ketika membaca bagian yang mengungkapkan bagaimana kemampuan pria yang bisa membuat jin manapun tunduk dan mengerjakan apapun yang diinginkannya ataupun kemampuannya berbicara pada hewan. Dua hal yang telah berulang-ulang kubaca sejak kecil termasuk cerita tentang Ratu Balkis, walau tidak seperti yang diceritakan di buku ini. Sedangkan bagian yang mengungkapkan betapa bijaksana Solomon pun banyak diceritakan di beberapa literatur. Tapi tentang bagaimana jumlah istri yang sangat banyak, terlebih lagi tentang cincin yang membuat semua penyihir dan spirits tunduk tanpa syarat adalah suatu yang sama sekali baru buatku. Termasuk bagian yang mengisahkan bagaimana kegemarannya mengumpulkan barang-barang bertuah. Sepertinya Jonatan Stroud mengumpulkan semua cerita tentang Solomon dari berbagai sumber, menyatukannya menjadi satu cerita yang sungguh membuatku berdecak kagum. 

Perpaduan Bartimaeus dan Raja Solomon membuat buku prekuel ini tidak kalah dengan tiga buku sebelumnya. Sangat disayangkan kehadiran Asmira, membuat nilai bukunya ini jadi berkurang. Tokoh yang tidak hanya menjadi sisipan, sedikit membosankan. Rasanya ingin lompat aja ke bab berikutnya, setiap kali membaca bab yang bercerita tentang dirinya. Sayangnya bab Asmira juga jadi bagian penting dari buku ini. Jadi mau tidak mau harus tetap dilahap. Untung saja ngga mendominasi, jadi porsi untuk Barty masih lebih banyak.

Untuk terjemahan, ngga ada masalah. Sebagai pembaca, aku dengan mudahnya bisa membayangkan setiap detail yang ada, merasakan konyol dan lucunya sang jin termasuk semua percakapan yang tidak jarang membuatku tertawa. Bahkan ketika catatan kaki yang bersebaran di beberapa bab, kisah Bartimaeus minus bab Asmira tetap asyik untuk diikuti. Terima kasih, mbak Poppy. Walau nggak baca langsung kata-kata yang ditulis oleh Jonathan Stroud, kisah Bartimaeus tetap bisa kunikmati.Typo di beberapa tempat juga jadi hal yang sedikit mengganggu, tapi tidak membuat The Ring of Solomon bergeser dari rak favoritku. 

Buku ini kurekomendasikan untuk semua penggemar fantasy. Yang telah mengenal Bartimaeus di tiga buku sebelumnya ataupun yang belum baca sama sekali. Tidak perlu ragu untuk membaca buku yang memang cukup tebal ini karena cerita ini terlalu seru untuk dilewatkan. 

The Ring of Solomon
Judul Indonesia: Cincin Solomon
Penulis: Jonathan Stroud
Penerjemah:






Buku ini kubaca untuk:
  • 2013 Fantasy Reading Challenge
  • 2013 What's in a Name Reading Challenge
  • 2013 Fun With Children's Literature ( Winner of The Prix Millepages 2011)
Senang banget pas tahu kalau Jonathan Stroud akan nulis lagi tentang Barty, walau entah kapan :)

11 comments:

  1. hihi, jadi susah move on habis baca barty X)

    ReplyDelete
  2. Ini prequel Bartimaeus trilogi sebelumnya?!! >.< Ahhhh kenapa bukan cerita tentang Ptolemy ya?!! >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa dibilang ini prequelnya. Soalnya bercerita tentang Barti di masa Raja Solomon :)

      Delete
  3. Entahlah ini bisa baca buku ini kapan ;^; terakhir baca Barty Trilogi itu SMP, berapa tahun yang lalu coba, hampir 6 tahun, orz

    ReplyDelete
  4. Jadi pengen punya cincinnya Raja Solomon xD

    ReplyDelete
  5. Wah, jadi mulai tertarik dengan genre fantasi deh setelah membaca review-review di sini.

    ReplyDelete
  6. complete reading this book about a month ago

    ReplyDelete
  7. Salam kenal Kak Ally..
    aku jadi pingin baca Ring of Solomon, soalnya aku suka banget komen-komennya sama Bartimaeus yang sarkatis, jadi kangen hehe

    ReplyDelete