Saturday, 15 December 2012

Review: Bec - Darren Shan



Selagi bayi, Bec berjuang untuk hidup. Ketika menginjak usia remaja, ia dididik menjadi pendeta wanita. Ia berusaha berbaur dengan suku-suku yang membutuhkan keahliannya namun takut pada kekuatannya. Dan ketika iblis-iblis datang, pertarungan berubah menjadi peperangan.

Sihir Bec lemah dan tidak terlatih, sampai ia bertemu dengan sang druid, Drust. Di bawah kepemimpinan Drust, Bec dan sekelompok kecil pendekar melakukan perjalanan panjang melintasi daerah-daerah liar untuk menghadapi Demonata di tempat iblis-iblis itu menyeberang ke dunia ini. Tapi pertarungan terakhir menuntut pengorbanan yang terlalu mengerikan untuk dibayangkan..
(Goodreads)
Seakan tak pernah habis, iblis-iblis bertampang mengerikan terus bermunculan dengan rasa lapar mereka tak pernah terpuaskan. Mereka mendatangi pemukiman penduduk dan menyebarkan mimpi buruk. Menyerang dan membunuh mereka yang lengah. Ribuan korban berjatuhan. Anak-anak, perempuan bahkan pria dewasa sekalipun. Satu demi satu klan musnah. Banyak di antaranya yang hanya menyisakan rumah-rumah tak berpenghuni yang sebagian besar porak-poranda. Hanya mereka yang memiliki persenjataan, kemampuan bela diri, dan sedikit sihir yang nampaknya mampu bertahan. Setidaknya bisa hidup lebih lama.

Adalah Bec, anak perempuan yang dididik menjadi penyihir wanita. Ia diharapkan akan tumbuh besar sebagai peyihir yang cakap yang mampu membantu klan. Daya serap Bec sangat cepat, ia dengan mudah menghapalkan mantera, menyembuhkan mereka yang terluka ataupun memperdaya satu dua iblis dengan sihirnya. Sayangnya, tidak seperti Banba, gurunya, kemampuan sihirnya masih dangkal dan lemah. Sihir yang ia miliki sekarang tidak mampu melindungi seluruh anggota klan.

Suatu hari, klan kedatangan anak laki-laki yang sangat gesit dan mampu berlari sangat kencang. Tak banyak kata-kata yang dapat diucapkannya. Semua pertanyaan hanya dijawabnya dengan cengiran ataupun satu dua patah kata yang diucapkan berulang-ulang. Walau aneh anak ini lah yang mempertemukan anggota kawanan Klan termasuk Bec bertemu dengan pria bernama Drust, seorang druit.

Di bawah pimpinan Drust, Bec banyak belajar mantera baru. Walau mengalami banyak kesusahan, Bec bisa mengasah dan meningkatkan kemampuan sihirnya. Setelah menghabiskan beberapa hari bersama,Bec dan kawanan Klan sepakat untuk memulai petualangan bersama sang druit. Perjalanan menelusuri daerah-daerah berbahaya ini sangat melelahkan. Para iblis pun setiap saat menghantui di setiap kesempatan. Mereka tahu betul bahwa misi yang mereka emban sangat berat. Namun mereka tidak dapat berhenti dan kembali pulang. Karena hanya inilah satu-satunya kesempatan untuk menghalau para iblis, melindungi klan yang tersisa dan mencegah jatuhnya lebih banyak korban. Dan yang jauh lebih penting, menggagalkan tujuan para Demonata.

Sebelum membaca buku ini, sempat terpikir saya akan menemukan beberapa tokoh dari seri sebelumnya. Sayangnya saya tidak menemukan siapa-siapa kecuali sang Demonata dan familiarnya, Vein. Saya sempat bingung dan bertanya-tanya mengenai setting waktu dan tempat. Ternyata ini,telah dipikirkan oleh sang penulis.Di halam terakhir, Darren Shan menjelaskan semuanya. Menjadi alasan mengapa Grubbs, Dervis ataupun Kernel sama sekali tidak disebut-sebut.

Seperti buku-buku sebelumnya, buku keempat ini juga memberikan banyak kejutan. Darren Shan tidak memberi petunjuk sama sekali, kemana ceritanya mengalir. Namun dibandingkan buku yang lain, Bec benar-benar menguras emosi. Saya tidak pernah menyangka akan akhir cerita yang membuat saya menitikan air mata. Untuk pertama kalinya Lord Loss membuat saya patah hati. Dari buku ini juga terlihat dengan jelas, sejak dulu master iblis yang penuh intrik dan licik ini punya ratusan rencana yang telah disusun sangat rapi.

Bec, anak perempuan pertama yang menjadi tokoh utama di buku Darren Shan menjadi tokoh yang paling saya sukai. Tingkah laku dan pemikirannya menjadi salah satu alasan. Seperti ikatan Grubbs dan keluarganya, penggambaran Bec dengan tokoh-tokoh lain juga diceritakan dengan sempurna. Saya dengan mudah bisa merasakan emosi yang terjalin antara mereka.

Untuk penggemar Demonata, jangan sampai melewatkan buku ke empat ini. Karena satu demi satu puzzle dari tiga buku sebelumnya mulai tersusun dan membentuk gambar yang lebih jelas. Dari masalah kutukan keluarga sampai permainan catur yang digemari sang Demonata. Di buku ini juga terjawab mengapa dari tahun ke tahun jumlah iblis tak pernah berkurang. Bahkan ketika kawanan mereka telah banyak dibunuh oleh manusia dalam pertarungan mempertahankan hidup.

Tak sabar rasanya membaca buku selanjutnya.

Cover
Rasanya saya harus berhenti berharap akan menemukan cover yang menarik untuk seri Demonata. Mengingat buku pertama hingga ketiga pun tidak jauh beda. Setidaknya seramnya sosok salah satu Iblis digambarkan dengan baik. Namun untuk cerita yang ditulis oleh Darren Shan, tidak peduli disampul dengan cover yang sangat jelek sekalipun, saya pasti membacanya.

4/5

Penulis: Darren Shan
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, April 2011
Tebal: 352 hlm
Sumber: Koleksi Pribadi

1 comment: