Hidup Sabrina dan Daphne Grimm berubah menjadi dongeng saat pulang sekolah dan menjumpai kedua orangtua mereka menghilang.
Lebih para lagi, panti asuhan mengirim kedua gadis kecil itu untuk tinggal bersama sang nenek—yang sudah lama dikabarkan meninggal! Menurut Nenek Relda Grimm, mereka adalah keturunan Grimm Bersaudara, yang telah menghasilkan karya-karya klasik tentang dongeng dan keajaiban. Yang lebih mengagetkan, tokoh-tokoh ciptaan para leluhur itu, seperti Putri Salju dan Jack si Penakluk Raksasa, hidup di Ferryport Landing, kawasan tempat Nenek Relda tinggal!
Keadaan bertambah gawat ketika Nenek Relda—yang berprofesi sebagai detektif dongeng—diculik raksasa. Sabrina dan Daphne harus menggantikannya menjadi detektif dongeng. Berhasilkah mereka menyelidiki penculikan ini dan menyelamatkan Nenek Relda?
Sejak
orang tua mereka menghilang tanpa jejak, Sabrina dan Daphne Grimm harus
tinggal di panti asuhan. Mereka telah berkali kali diadopsi oleh
beberapa keluarga. Sayangnya keluarga – keluarga itu bukanlah orang tua
yang baik. Ada yang memborgol mereka di kulkas, menyuruh mereka tidur di
truk atau bahkan memengunci mereka di dalam rumah selama seminggu.
Semua hal itu membuat kedua kakak beradik ini berkali kali kembali ke
panti asuhan.Tentu saja itu membuat Madam Smirt, pengurus panti asuhan,
menjadi sangat gerah.
Untunglah
tak lama berselang ada seorang wanita yang tinggal di Ferryport
landing, New York yang bersedia mengasuh mereka. Madam Smirt berkata
wanita tua itu tidak lain adalah nenek mereka. Sabrina tentu saja tidak
percaya begitu saja dan berusaha menyakinkan Madam Smirt bahwa wanita
itu tidak jauh berbeda dengan para penipu yang mengasuh mereka
sebelumnya. Karena nenek mereka telah lama meninggal. Setidaknya itu
yang dikatakan oleh ayah mereka sebelum mengilang. Namun Madam Smirt tak
peduli dengan semua yang dikatakan Sabrina. Yang ada dipikirannya
adalah bagaimana menyingkirkan kedua anak perempuan ini dari panti
asuhannya.
Sampai
di stasiun, Nyonya Grimm telah menunggu mereka. Ia berdiri bersama
seorang pria yang dikenalkannya sebagai Tuan Canis, pelayan yang
membantunya mengurus rumah. Dengan mobil butut, mereka meninggalkan
stasiun dan menuju rumah pendek dan lebar yang memiliki dua lantai dan
pintu yang aneh. Gembok yang digunakan untuk menutup pintu tersebut
sangat banyak. Bahkan Nyonya Grimm memiliki ratusan kunci yang digunakan
untuk membuka gembok tersebut. Tak hanya diluar, di dalampun tak kalah
anehnya. Tumpukan buku dengan judul yang sangat aneh tergelatak di mana
mana. 365 Cxara untuk memasak Naga adalah diantaranya.
Kecurigaan
Sabrina terhadap wanita tua ini semakin besar ketika melihat foto foto
yang bergelantungan di dinding. Tak satupun foto yang menunjukkan bahwa
wanita ini adalah ibu ayahnya. Kecuali foto seorang bayi. Namun Sabrina
merasa itu tak cukup untuk mengakuinya sebagai nenek. Namun lain halnya
dengan Daphne. Adik Sabrina ini seperti tersihir. Apalagi ketika melihat
makanan yang terlihat sangat lezat dihidangkan. Seakan diburu oleh
waktu, Daphne segera melahap semua yang ada dihadapannya. Namun Sabrina
tak menyentuhnya sedikitpun karena takut ada racun yang telah dituangkan
didalamnya. Setelah berkali kali tinggal di rumah orang orang yang
membuatnya menderita, Sabrina bersikap sangat hati hati. Bahkan
memutuskan untuk melarikan diri begitu ada kesempatan.
Ketika
malam semakin larut, Sabrina segera mengajak Daphne untuk melarikan
diri. namun di luar rumah ternyata tak jauh lebih buruk. Segerombolan
serangga yang dipikirnya kunang – kunang tiba tiba menyengat dirinya dan
Daphne. Hal itu membuat Sabrina sangat terkejut karena selama ini tak
ada kunang – kunang yang menggigit. Untunglah Nyonya Grimm segera
menemukan mereka. Dari Nyonya Grimm, mereka tahu bahwa mereka bukan
kunang – kunang namun segerombolan Pixie. Sayangnya tak ada penjelasan
lebih lanjut mengenai serangga ini karena begitu sarapan pagi selesai
mereka diajak Nyonya Grimm untuk menyelidiki sesuatu.
Sebuah
rumah porak poranda.itulah yang dilihat oleh Sabrina dan Daphne.
Bersama Anjing yang bernama Elvis, Nyonya Grimm mencoba mencari berbagai
bukt dan semua mengarah pada satu kesimpulan bahwa rumah itu
dihancurkan oleh seorang raksasa. Raksasa? Bagaimana mungkin? Bukankah
semua itu hanya ada di buku dongeng. Sabrina tentunya tak bukan gadis
bodoh yang mempercayai semua yang diucapkan oleh Nyonya Grimm.
Sesampai
di rumah, Nyonya Grimm menjawab semua pertanyaan yang muncu di benak
kedua cucunya. Ia menjelaskan bahwa mereka adalah keturunan Grimm
Bersaudara, yang telah mengahsilkan karya – karya klask tentang dongen
dan keajaiban. Bahkan Nyonya Grimm mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang
selama ini hanya dikenal Sabrina Dan Daphne di buku dongeng seperti
putri salju, Ratu Hati, tujuh kurcaci, bahkan Jack si penakluk raksasa
hidup di Ferryport Landing. Sebagai detektif dongeng, Nyonya Grimm tak
dapat membiarkan begitu saja musibah yang telah menimpa rumah yang
ditinggali oleh Tuan Applebee.
Sayangnya,
belum juga petunjuk berikutnya mereka dapatkan, Nyonya Grimm dan Tuan
Canis diculik oleh raksasa. Penculikan itu yang terjadi di depan mata
Sabrina. Hal itu membuat semua dinding kecurigaan yang dibangunnya
selama ini rubuh seketika. Terutama ketika melihat sosok raksasa
mengerikan yang membuat diri mereka diam membeku. Tak satu ide yang
keluar dari benak mereka.
***
Dari
judul sampulnya saja, saya sudah menduga kalau buku ini pasti ada
ubungannya dengan The Brothers Grimm yang terkenal. Tokoh – tokoh dalam
dongeng tentu saja muncul di beberapa bagian. Pasti seru bisa bertemu
dengan mereka. Asal tidak kebagian mantera jahat dari nenek sihir dengan
sapu terbangnya. Yang lucu tuh ternyata Putri Salju sampai sekarang
masih trauma dengan apel merah.
Yang
jelas tinggal di rumah Nyonya Grimm pasti menyenangkan. Tumpukan buku
tentang tokoh-tokoh dongeng belum lagi bisa melihat semua koleksi
koleksi benda ajaibnya dan tentu saja kulkas ajaib yang tidak pernah
kosong. Saya mau deh jadi cucunya Nyonya Grimm.
Kalau difilmkan gimana yah?
The Sisters Grimm: Petualangan Detektif Dongeng
Penulis: Michael Buckley
Penerjemah: Mutia Dharma
Cetakan I, Januari 2007
Penerbit: Qanita
Tebal: 320 hal
Penulis: Michael Buckley
Penerjemah: Mutia Dharma
Cetakan I, Januari 2007
Penerbit: Qanita
Tebal: 320 hal
No comments:
Post a Comment