Betty, anak bungsu Keluarga Flood, merupakan seorang gadis cilik yang terlihat cukup normal—tidak seperti kakak-kakaknya. Dia belajar di sebuah sekolah dasar yang normal di ujung jalan dekat rumahnya, dan dia bahkan memiliki seorang teman baik yang normal, Ffiona Hulbert.“Kalau kamu belum membaca ketiga buku Keluarga Flood yang pertama, kamu mungkin merasa seperti pencundang sejati, yang tentu saja memang benar. Namun, hari ini merupakan hari keberuntunganmu karena ada cara untuk berhenti menjadi pecundang dan mulai menjalani hidup secara utuh serta fantastis. Yang perlu kamu lakukan hanyalah membaca ketiga buku Keluarga Flood yang pertama.”
Namun, Betty tidak normal—dia seorang penyihir. Ketika Bridie McTort, si penindas di sekolah, mulai bertingkah, Betty tahu pasti apa yang harus dia lakukan. Dan saat ayah Ffiona ditindas di tempat kerjanya, Betty juga tahu cara mengatasi masalah itu.
Sementara itu, Winchflat Flood sednag ketagihan menonton film-film Frankenstein lama dan dia memutuskan ingin menciptakan manusianya.
(Colin Thompson –Tetangga Culun hlm 1)
Dari
ke empat buku Keluarga Flood yang telah terbit, ini adalah seri favorit
saya. Ceritanya tidak segelap buku - buku sebelumnya. Di sini juga
tidak lagi menggambarkan sisi gelap Keluarga Flood. Malah sebaliknya.
Lihat saja bagaimana sikap Morodonna dan Betty pada tetangga baru
mereka.
Keluarga
baru itu pindah ke Acacaia Avenue nomor 19. Keluarga yang terdiri dari
seorang ayah, ibu, dua orang anak. Dari hasil pengamatan Mordonna dan
Betty dari jauh maupun dekat mereka terlihat sangat culun
dan membosankan. Namun begitu mengetahui bahwa salah satu anak perempuan
itu seusia dengan Betty, keluarga itu tiba – tiba menjadi sangat
menarik. Betty memang telah lama menunggu seseorang yang seusianya yang
dapat diajak bermain
Setelah
puas melakukan pengamatan diam – diam, Mordonna dan Betty pun memulai
kunjungan pertama mereka ke rumah tetangga baru mereka. Keluarga baru
itu bernama Keluarga Hulbert. Sedangkan anak perempuan yang seusia
dengan Betty bernama Ffiona. Dari hasil penjelasan Mrs Hulbert, ternyata
ada sejarah dibalik nama Ffiona. Untuk saja hal yang sama tidak terjadi pada Claude, adik bayi laki – lakinya.
Sementara
Mordonna menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Mrs Hulbert, Ffiona
mengajak Betty bermain di kamarnya. Tak butuh waktu lama bagi mereka
berdua untuk menjadi akrab. Cerita demi cerita bahkan yang rahasia
sekali pun mengalir dari keduanya.
Dari
cerita Ffiona, Betty tahu alasan mengapa keluarga mereka pindah ke
Acacia Avenue. Salah satunya adalah hal – hal buruk yang terjadi pada
Ffiona di sekolahnya dulu. Bukan hanya sekali tapi berkali – kali.
Sedangkan dari cerita Betty, ia tahu bahwa Keluarga Flood adalah
keluarga penyihir.
Hari
demi hari mereka berdua semakin akrab. Tidak hanya menunjukkan kekuatan
sihir yang sayangnya lebih banyak gagal, Ffiona pun diajak berkenalan
dengan seluruh anggota Keluarga Flood yang lain. Ffiona benar- benar
disambut dengan baik. Bahkan menarik perhatian dua anak kembar Flood.
Sampai
ketika waktu masuk sekolah tiba. Hari pertama yang selalu menyisakan
trauma bagi Ffiona. Betty yang merasakan ketakutan sahabatnya, berjanji
tidak akan membiarkan satu orang pun menyentuhnya.
Di lain pihak, hari pertama sekolah ternyata disambut baik biang
kerok yang paling terkenal di Sekolah Sunnyview, Bridie McTart, mulai
bertingkah. Bridie Mc Tart memang tak mengganggu Betty, tapi sayangnya
tidak benar – benar membuka matanya, korban yang dipilihnya kali ini
adalah Ffiona. Sehingga saat Bridie mulai bertindak, balasan setimpal
pun dalam sekejap didapatkannya.
Tidak
hanya Ffiona, masalah –masalah yang dihadapi Mr dan mrs Hulbert pun
diatasi dengan mudah. Tentu saja dengan sedikit bantuan sihir Keluarga
Flood. Sehingga kini tidak ada lagi kata culun ataupun membosankan.
Bagaimana perubahan Keluara Hulbert? Tentunya hanya bisa terjawab ketika
membaca buku ini dari awal sampai akhir.
Seperti warna sampul yang sangat cerah, buku ini juga berakhir dengan hal – hal yang menyenangkan. Senang rasanya membaca buku Keluarga Flood kali ini.
Satu
yang menarik perhatian saya dari buku ini adalah kalimat – kalimat Pak
Colin mengenai Belgia. Banyak di dalam bab – bab di buku ke empat ini
yang menuliskan betapa ia tidak menyukai negara yang satu ini. sayangnya
hingga saat ini tidak ada keterangan yang dapat menceritakan mengapa
penulis nyentrik ini membenci neara yang beribu kota Brussel itu.
Sebenarnya bukan kali ini saja, di buku – buku sebelumnya juga seperti
itu. Sayang di website miliknya juga tidak ada keterangan apapun.
Mungkin ada alasan tertentu yang tidak dapat diungkap ke publik.
Entahlah.
Keluarga Flood: Tetangga Culun
Judul Asli: Te Floods #4:
Penulis: Colin Thompson
Penerjemah: Ferry halim
Penyunting: Indah Nurchaidah
Penerbit: Atria
Cetakan: I, Januari 2009
Tebal: 218 hlm
No comments:
Post a Comment