Thursday, 13 December 2012

Review: The Book of Lost Things - John Connolly




Dongeng ini diperuntukkan bagi orang dewasa,
terutama yang masih ingat saat – saat ketika masa kanak – kanak mulai berlalu
dan jalan menuju kedewasaaan telah terbentang
(resensi di sampul belakang)

David, anak laki - laki yang menjadi tokoh utama di buku ini. Berbagai macam ritual dilakukan demi kesembuhan ibunya. Berdoa, tidak berisik saat melakukan segala sesuatu, mendahulukan kaki kiri saat turun dari tempat tidur, menghitung sampai dua puluh kali saat menggosok gigi, sampai menyentuh keran – keran di kamar mandi ataupun gagang pintu dilakukan agar ibunya bisa bertahan lebih lama. Sayangnya kekuatan penyakit yang telah lama bersarang di tubuh ibunya jauh lebih kuat. David hanya bisa menangis tersedu ketika kehidupan perempuan cantik yang sangat disayanginya itu berakhir.

Setelah kehilangan ibu, David tidak mau mengambil resiko kehilangan ayahnya. Rutinitas yang sama terus dijalankannya. Walau tidak sedisiplin dulu. Sayang, seperti saat mengusahakan hal yang sama untuk nyawa ibunya, semua rutinitas itu ternyata juga tidak bekerja untuk ayahnya. Hanya dalam lima bulan, tiga minggu dan empat hari setelah ibunya meninggal, kini hadir wanita lain dalam kehidupan ayahnya, Rose, Bahkan ketika David belum siap menghadapi semua yang ada di depan mata. Seakan ingin kemalangan David, sejak mengetahui Rose akan menggantikan posisi ibunya, suara – suara aneh yang berasal dari buku miliknya mulai muncul di kepala David.

Hal buruk berikutny adalah ketika mengetahui bahwa ayahnya akan menikahi Rose.
Seakan tak cukup mengalihkan perhatian ayahnya dari kenangan ibunya, kini Rose hadir bersama bayi laki-laki yang diberi nama Georgie. Sehingga tidak perlu heran jika tidak sekalipun David mencoba untuk bersikap ramah pada Rose. Hubungan mereka tak kunjung membaik, bahkan ketika pindah ke rumah Rose, David di beri kamar yang berisi penuh dengan beragam macam buku. Tentu saja David menyukainya, walau itu berarti suara bising di kepalanya akan bertambah dan erang dingin dengan Rose tak juga berakhir.

David tahu bahwa percuma saja jika harus menghabiskan waktu untuk memikirkan Rose dan George. Maka buku – buku yang tua dan aneh menjadi pilihan David untuk melupakan mereka berdua. Dibandingkan buku koleksinya, Dongeng – dongeng di buku – buku tua itu jauh lebih mengerikan. Bahkan tak jarang David sampai memimpikannya. Mengherankan ketika ternyata David semakin tertarik dan bertanya – tanya siapakah Jonathan Tulvey, yang namanya ada dibalik dua sampul buku.

Satu – satunya jalan untuk mendapatkan jawaban tentu saja dengan bertanya pada Rose,yang juga berarti ia harus mengenyampingkan rasa tak sukanya. Dari penjelasan Rose, Jonathan Tulvey ternyata adalah paman Rose yang menghilang begitu saja ketika ia berumur empat belas tahun bersama seorang anak perempuan kecil bernama Anna.

Hari demi hari sejak itu, keanehan demi keanehan terjadi.Seperti munculnya seorang pria pendek dan bungkuk dengan penampilan yang sangat mengerikan, munculnya suara perempuan yang mirip dengan suara ibunya yang membuatnya sampai tersesat ke dalam hutan. Hutan yang ternyata menghubungkannya dengan dunia lain. Dunia di mana semua dongeng- dongeng yang pernah dibacanya berubah drastis. Dari kisah si Tudung Merah dan serigala jahat, Snow White dan 7 kurcaci, Putri Tidur, Hassel dan Gratel dan masih banyak dongeng lannya menjadi cerita berbeda. Sebagian cerita itu diperoleh dari seorang tukang kayu yang sempat menyelamatkan jiwanya

Dari cerita seorang tukang kayu jugalah, David negeri ini dipimpin oleh seorang Raja tua dan satu – satunya cara untuk menemukan jalan pulang adalah dengan menghadap kepadanya. Sayangnya perjalanan menuju istana sang raja tidak mudah. David harus berhadapan dengan makhluk – makhluk mengerikan yang tidak segan – segan melukai bahkan membunuhnya.

Awalnya saya tak pernah menyangka kalau buku ini akan menjadi buku fantasy yang penuh dengan kejutan. Bagian yang paling menarik tentu saja lembaran – lembaran yang menuliskan dongeng – dongeng yang isinya benar-benar aneh. Membuat saya tidak sabar untuk mengetahui bagaimana dongeng berikutnya setelah membaca bagian pertama yang diceritakan oleh tukang kayu. Bahkan ketika cerita telah habis, saya masih berharap akan mendapat yang lain. Hingga akhirnya terpikir untuk membuat cerita sejenis namun diangkat dari dongeng dari negeri sendiri. Pastinya tidak kalah seru.

Satu hal yang menjadi satu catatan ketika sampai di halaman terakhir buku ini adalah bagaimana membuka mata, telinga dan hati lebih lebar. Sehingga semua hal bisa menjadi lebih jelas. 

The Book of Lost Things
Judul Indonesia: Kitab Tentang Yang Telah Hilang
Penulis: John Connolly
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Agustus 2008
Tebal: 472 hlm

No comments:

Post a Comment