Wednesday 12 December 2012

Review: Twilight - Stephenie Meyer



Kening saya sedikit berkerut ketika melihat buku ini. Mata saya berusaha mencari satu hal yang biasanya saya temukan pada sampul sebuah buku terjemahan. Tak ada judul Indonesia.

Di luar sana sebenarnya banyak buku terjemahan yang juga tetap menggunakan judul aslinya. Sampai sekarang saya tidak menemukan alasan mengapa orang – orang yang terlibat dalam penerbitan buku memutuskan untuk melakukan hal –hal yang demikian.

Untuk beberapa buku mungkin tidak ada masalah dalam menerjemahkannya secara harfiah. Namun tidak dengan kata Twilight ini. Walaupun telah dgunakan sebagai judul beberapa buku, namun saya tak perna benar-benar mengerti maknanya. Oxford - Advance Learner’s Dictionary menjadi pilihan untuk membantu mengatasi masalah pembendaharaan kata saya yang kurang.


Twilight /tawailait/noun,adj
Noun: The fait light or the period of time at the end of the day after the sun has gone down
Adjective: Used to describe a state in which things are strange and mysterious, or where thing s are kept secret and do not seem to be part of the real world

Setidaknya penjelasan di atas memberikan sedikit gambaran tentang isi buku dan cukup menarik perhatian saya untuk melahapnya secepat mungkin.

Bukanlah hal yang mudah untuk meninggalkan sesuatu yang telah menjadi bagian hidupnya bertahun-tahun. Namun Isabella Swan (Bella) mempunyai alasan kuat ketika akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ibunya, Renee dan pindah ke Forks, sebuah kota kecil di Semenanjung Olympic di barat laut Washington. Di kota itu, Bella akan menetap bersama ayahnya, Charlie.

Beradaptasi dengan lingkungan baru bukanlah keahlian Bella. Bahkan untuk membiasakan diri bersama ayahnya pun, Bella masih merasa canggung. Terlebih ketika memulai hari pertamanya di SMA Forks. Sikapnya yang introvert membuatnya tak memiliki banyak teman . namun hal itu tak menjadi masalah besar baginya.

Mike, Erik dan Jesicca adalah murid- murid yang dikenalnya dalam setiap kelas yang diikutinya di hari pertama. Ada sederatan murid lain yang namanya langsung dilupakan Bella begitu mereka selesai menyebutkannya.

Namun di antara ratusan murid- murid SMA Forks yang menatapnya terpana, ada lima orang yang bahkan seakan tak peduli dengan kehadiran Bella sebagai anak baru. Edward, Emmett, dan Alice Cullen serta Rosalie dan Jasper Hale, begitu nama- nama yang disebut oleh Jessica. Melalui Jessica pula, Bella mengetahui bahwa mereka semua tinggal serumah dan nampaknya tak terpisahkan. Bahkan tak satu pun dari mereka yang berniat untuk bersusah payah untuk bergabung dengan murid – murid lain. Diakui Bella, Edward Cullen sangat menyita perhatiannya.

Sayangnya kesan pertama yang didapatkannya di kelas biologi tak seperti yang diinginkannya. Bahkan dari sudut matanya, Edward nampak sangat menakutkan. terlebih saat melihat keencian dari mata dan sikap tubuh Edward yang sekaan mencoba menjauh darinya. Bella kehilangan harapan.

Namun berhari-hari berlalu, akhirnya Bella mempunyai kesempatan untuk bercakap dengan cowok misterius ddan sangat memesona. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa semua yang ada pada diri Edward membuat terpikat. Dari kulitnya yang putih pucat, sepasang mata keemasan, sampai suaranya yang merdu. Yang parah, detak jantungnya berdegup degan sangat cepat begitu Edward mendekat.

Tak ada hal aneh yang dirasakan Bella sampai suatu pagi dengan insiden yang nyaris merenggut nyawanya. Bella pun mulai menyadari ada hal yang aneh pada diri Edward. Sebuah misteri menyelubungi diri Edward yang sayang tak dimengertinya. Satu demi satu teori pun disusun oleh Bella. Hal ini pulalah yang semakin mempererat hubungan keduannya. Tanpa pernah sadar bahwa ada bahaya yang mengancam. Sayangnya semua itu tertutupi oleh perasaan yang diyakini Bella sebagai Cinta. Cinta yang amat dalam dan tanpa syarat.

Cerita yang menarik. Twilight memberi sesuatu yang berbeda untuk novel remaja yang beberapa tahun ini dibanjiri dengan tema yang hampir sama. Tak heran jika beberapa penghargaan berhasil diraih oleh buku yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2005 ini. walaupun mungkin yang dilihat oleh para juri berbeda dengan pengamatan saya.

Yah, beberapa tokoh seperti Edward digambarkan dengan jelas. Sayangnya Bella sebagai tokoh sentral tidaklah mendapat porsi yang sama. sehingga beberapa saya mengemukakan beberapa pertanyaan.

Dialog – dialog di dalamnya juga dengan mudah membawa pikiran saya ikut kedalamny. Bahkan sempat menimbulkan sedikit rasa iri dan merasa bahwa hidup memang benar – benar tidak adil. Di pertengahan cerita, buku ini membuat saya kembali teringat pada serial Fear Street yang sempat booming sebelum akhirnya tergeser oleh sederetan teenlit.

Dari Wikipedia dan sejumlah forum yang membahas buku ini, ternyata masih ada buku berikut yang akan bercerita tentang kisah Bella dan Edward berikutnya. Sayangnya tak ada informasi yang biasanya disimpan di bagian akhir.

Twilight
Penulis: Sthephenie Meyer
Alih Bahasa: Lily Devita Sari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Maret 2008
Tebal: 520 hlm

No comments:

Post a Comment