Satu lagi buku yang bercerita tentang vampir. Berbeda dengan buku yang juga mengangkat tema yang sama, keberadaan mahkluk malam penghisap darah ini tidak lagi menjadi momok yang menakutkan. Sebaliknya mereka dengan mudah masuk dan berbaur dalam kehidupan manusia. Semua itu dikarenakan satu penemuan muktahir di Jepang berupa darah sintetis. Yang memungkinkan para vampir bertahan hidup tanpa harus menjadikan manusia sebagai mangsa mereka.
Sookie Stackhouse menikmati pekerjaannya sebagai seorang pramusaji di Merlotte, Bon Temps - Lousiana, kota yang memercayai vampir bukan sekedar legenda dan mereka membaur ditengah manusia. Dia cantik dan lucu, tetapi hanya segelintir orang yang menghargai kemampuan membaca pikiran-nya. Lalu datang vampir yang selalu dia impikan, Bill, dengan pikiran yang tidak bisa dibacanya. Dialah tipe pria yang ia nantikan selama ini.
Tetapi Bill adalah vampir dengan reputasi buruk dan lingkungan pergaulan yang menakutkan. Ketika Bon Temps dikejutkan dengan kasus pembunuhan, dan salahsatu rekan kerja Sookie menjadi korban, Bill dan vampir lain yang ada di Bon Temps menjadi tersangka, dan dia takut dia adalah korban berikutnya.
Empat tahun sudah sejak darah sintetis itu dijual bebas di pasaran. Para
vampir bebas berkeliaran. Selama itu pula Sookie Stackhouse kedatangan
seorang vampir di kotanya, Bon Temps.
Sookie,
wanita muda cantik yang menjadi tokoh utama di buku ini. Ia memutuskan
meninggalkan bangku sekolah dan kini bekerja sebagai pelayan di Bar
Merlotte. Dari luar Sookie nampak seperti perempuan berambut pirang
lainnya. Walau sebenarnya ia jauh lebih cerdas dari apa yang orang
–orang pikirkan. Toh hampir semua orang telah menyisipkan kata “gila”
menjadi nama tengahnya.
Semua itu hanya karena kelebihan yang lebih sering disebutnya kelainan yang ia miliki.Sookie dengan mudah mengetahui apa saja yang terlintas dibenak orang lain. Di luar sana mungkin banyak yang berpikir bahwa hal itu merupakan sesuatu yang hebat. Namun tidak demikian dengan Sookie. Ia bahkan berharap tak pernah memilikinya. Karena kelebihan ini lebih sering membuat merasa kelelahan. Bagaimana tidak, Sookie harus berusaha keras untuk menghalangi setiap suara dari pikiran orang lain yang biasanya datang seperti serangan bertubi-tubi.
Semua itu hanya karena kelebihan yang lebih sering disebutnya kelainan yang ia miliki.Sookie dengan mudah mengetahui apa saja yang terlintas dibenak orang lain. Di luar sana mungkin banyak yang berpikir bahwa hal itu merupakan sesuatu yang hebat. Namun tidak demikian dengan Sookie. Ia bahkan berharap tak pernah memilikinya. Karena kelebihan ini lebih sering membuat merasa kelelahan. Bagaimana tidak, Sookie harus berusaha keras untuk menghalangi setiap suara dari pikiran orang lain yang biasanya datang seperti serangan bertubi-tubi.
Tak
hanya itu, kemampuannya ini berdampak besar di kehidupan sosialnya. Cap
“gila” yang dibubuhkan padanya,jangankan berkencan, teman dekat pun
Sookie tak punya. Beruntung masih ada segelintir orang yang tidak
berpikiran seperti kebanyakan orang di kota itu. Adalah Adele, neneknya
dan Sam, bos pemilik Bar Merlotte’s.
Mimpi yang menjadi nyata
Tak
ada pertanda khusus yang didapatkan Sookie, saat seorang pria
melangkahkan kakinya di Merlotte’s malam itu. Tak butuh waktu lama bagi
Sookie untuk mengetahui bahwa pria berwajah sangat pucat itu adalah
vampir.
Keberuntungan
nampaknya mengelilingi wanita bermata biru ini. Karena vampir itu
memutuskan untuk duduk di meja yang menjadi tanggung jawabnya. Satu hal
yang membuatnya nyaris memeking girang adalah ketika mengetahui
pikiran pria itu tak dapat dibacanya. Hal itu menjadi daya tarik
tersendiri sekaligus kenyataan yang membuat Sookie ingin mengenal lebih
jauh pria yang mengenalkan dirinya sebagai Bill Compton.
Bersamaan dengan itu,peristiwa pembunuhan terjadi di Bon Temps. Tak hanya satu, dua, tiga, tapi empat pembunuhan terjadi.
Tak banyak bukti yang membuat para warga Bon Temps menjadi tersangka.
Namun Sherrif dan seorang detektif mulai membuat list orang –orang yang
patut dicurigai. Yang membuat Sookie sangat terkejut adalah ketika mengetahui orang-orang terdekatnyalah yang masuk dalam list tersebut.
Tak
tinggal diam, Sookie berusaha untuk mencari tahu siapa sebenarnya
pelaku pembunuhan yang membuat teror berkepanjangan bagi setiap warga
Bon Temps ini. Walau membuatnya harus melibatkan diri ke tempat-tempat
yang cukup berbahaya. Tidak hanya harus berpacu dengan waktu, ia juga
harus ekstra hati-hati, karena tidak menutup kemungkinan pelaku juga
mengincar dirinya.
~~~
Seru!
Satu kata untuk buku ini. Tak terasa buku dengan jumlah 402 halaman itu
selesai begitu saja. Walau cover buku ini sedikit membuat saya kecewa
begitu melihatnya pertama kali, tapi tidak mengurangi asyiknya kisah
buku tentang vampire yang satu ini. Tak heran jika HBO akhirnya
mengadaptasinya menjadi serial tv dengan judul True Blood.
Rasanya
tak sabar menunggu buku kedua. Walau tidak lagi diterbitkan oleh
penerbit Kantera, saya berharap hasil terjemahan buku berikutnya tidak
kalah dengan buku pertama.
3/5
Dead Until Dark
Penulis: Charlaine Harris
Penerjemah: Pujia Pernami
Editor: Alika Chandra & Ary Nilandari
Penerbit: Kantera
Cetakan: I, 2010
Tebal: 402 hlm
No comments:
Post a Comment