Bertahun
– tahun lamanya, Mrs. Bartolotti terbiasa hidup sendiri. Tidak ada lagi
rasa sedih yang tersisa sejak kepergian Mr Bartolotti bertahun – tahun
lalu. Karena kini Mrs Bartolotti punya banyak hal yang harus dikerjakan.
Dari bisnis tenunan permadani, jadwal yang di tetapkan bersama Mr Egon,
sang pemilik Apotek untuk saling mengunjungi di hari selasa dan sabtu,
sampai kebiasaannya berbelanja dan memesan barang – barang.
Khusus
yang terakhir memang menjadi hal yang tidak terpisahkan dari Mrs.
Bartolotti. Semua itu bersumber dari kegemarannya pada kupon, formulir
pesanan, penawaran gratis dan penawaran istimewa. Saking sukanya pada
kesemua hal tersebut, ia bahkan tidak sadar sering memesan barang
barang yang bahkan tidak dibutuhkannya. Bukan hanya sekali Mrs
Bartolotti menyesal bahkan menangis ketika sadar bahwa ia tak memerlukan
sejumlah kaus kaki katun pria berwarna kelabu, sembilan kincir doa dari
Tibet dan sejumlah barang tak berguna lainnya. Namun keesokan harinya,
ia kembali berkutat dengan kebiasaanya mengisi kupon dan formulir baru.
Suatu
hari seorang tukang pos datang ke rumahnya mengantar sebuah paket yang
sangat besar. Paket tersebut berbentuk kaleng dan isinya sangat berat.
Rasa penasaran segera menyelimutinya. Ia berusaha untuk mengingat-ingat,
kapan terakhir kali memesan Sayangnya Mrs. Bartolotti tak bisa ingat
lagi.
Sambil
menerka – nerka isi kaleng, Mrs. Bartolotti akhirnya memutuskan untuk
membuka tutup kaleng. Begitu melihat isinya,. ia langsung jatuh
terduduk, saking kagetnya. Dari dalam kaleng, muncul seorang anak laki –
laki. Dari surat keterangan yang disertakan bersama kaleng, anak laki –
laki itu bernama Konrad dan berumur tujuh tahun. ia adalah anak instan
buatan suatu pabrik.
Tak
butuh waktu lama bagi Mrs. Bartolotti untuk menyukai Konrad si Anak
Instan. Karena sikap dan tingkah Konrad sangat sopan, manis,
menyenangkan dan tentu saja sangat pintar untuk anak – anak seusianya.
Seluruh kebutuhan Konrad segera dipenuhinya. Pakaian, mainan bahkan tak
lupa ia mendaftarkan Konrad ke sekolah.
Konrad merasa sangat beruntung. Hingga tak heran kalau ia juga sangat menyayangi wanita yang dipanggilnya Ibu.
Sayangnya
kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Karena tiba-tiba tukang pos
kembali mengetuk rumah mereka dan memberikan sepucuk surat. Surat yang
memberitahukan bahwa Konrad ternyata bukan ditujukan untuk Mrs
Bartolotti. Pabrik ternyata telah melakukan kesalahan. Mereka bermaksud
untuk mengambil Konrad kembali dan mengirimkan ke orang tua
sesungguhnya. Tentu saja hal ini membuat Mrs Bartolotti dan Konrad
menjadi gelisah. Sehingga tak ada cara lain kecuali menyusun suatu
rencana rahasia.
Kalau
Konrad benar- benar ada di dunia nyata, tentunya pabrik tersebut telah
mendulang keuntungan berlipat ganda. Karena tidak hanya memberikan
solusi bagi mereka yang tidak dapat memiliki keturunan tapi juga dapat
menghibur single parent seperti Mrs. Bartolotti. Apalagi sikap anak –
anak seperti Konrad adalah harapan semua orang tua.
Namun
rasanya akan membosankan kalau semua anak di dunia seperti Konrad.
Tidak akan ada lagi intrik yang sebenarnya menjadi penghias dunia.
Untung saja semua itu hanya terjadi di buku. Dunia nyata memang
memerlukan keseimbangan .
Konrad
adalah buku dengan cerita ringan yang cukup menghibur. Karakter –
karakter di dalam bukunya juga unik dan menyenangkan. Tak jarang saya
tersenyum simpul di setiap babnya. Ilustrasi dalam buku ini tentu juga
menjadi bagian yang memberikan nilai lebih.
Sayangnya ini hanyalah satu – satunya buku Christine Nöstlinger yang diterbitkan di Indonesia.
Konrad Si Anak Instan
Judul Asli: Konrad
Penulis: Christine Nöstlinger
Penerjemah: Agus Setiadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: I, Agustus 2003
Tebal: 168 hlm
No comments:
Post a Comment